DI sebuah desa terpencil yang dikelilingi hutan lebat, hidup seorang pria tua bernama Rahmat, seorang kakek yang dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang. Setelah kehilangan anaknya dalam kecelakaan tragis, ia merawat satu-satunya keluarga yang tersisa, Dika, cucu laki-lakinya yang baru berusia tujuh tahun. Sejak kejadian itu, Rahmat berusaha keras memberikan kehidupan yang layak bagi Dika, meski dirinya sendiri dihantui oleh masa lalu kelam yang selalu berusaha ia lupakan.
Awalnya, kehidupan mereka berjalan seperti biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, keanehan mulai terjadi di rumah mereka yang sederhana. Dika sering berbicara sendiri di malam hari, seolah berkomunikasi dengan seseorang yang tak terlihat. Suara-suara aneh muncul dari sudut-sudut gelap rumah, bayangan hitam melintas di jendela, dan benda-benda mulai berpindah tempat tanpa sebab yang jelas. Rahmat berusaha mengabaikan semua itu, menganggapnya sebagai halusinasi atau sekadar imajinasi seorang anak kecil.
Namun, ketakutan Rahmat semakin menjadi-jadi ketika ia menemukan tulisan aneh di dinding rumah yang berbunyi: “Jangan biarkan dia bertahan hidup.” Tulisan itu muncul begitu saja, meskipun ia yakin tidak ada orang lain yang masuk ke rumah mereka. Rasa takut mulai berubah menjadi paranoia, terutama setelah Dika mulai mengalami kejang-kejang mendadak dan mengigau dalam bahasa yang tidak dimengerti.
Dalam keputusasaan, Rahmat mencari bantuan dari seorang dukun tua bernama Mbah Surti, satu-satunya orang di desa yang diyakini memiliki kemampuan melihat hal-hal gaib. Mbah Surti memperingatkan Rahmat bahwa ada sesuatu yang mengincar Dika, sesuatu yang berasal dari masa lalunya sendiri. Rahmat teringat kembali pada kejadian puluhan tahun lalu, ketika ia masih muda dan melakukan sebuah kesalahan fatal yang kini menuntut balas.
Rahmat mulai menyelidiki masa lalunya sendiri dan menemukan bahwa ada sosok misterius yang sejak lama ingin membalas dendam kepadanya. Rahmat pun harus menghadapi kenyataan mengerikan: untuk menghentikan kutukan ini, ia harus melakukan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan—membunuh cucunya sendiri.
Dilema moral yang menghancurkan batinnya membuat Rahmat berada di ambang kegilaan. Haruskah ia mengikuti pesan yang muncul di rumahnya dan mengorbankan Dika demi menghentikan ancaman ini? Ataukah ia harus mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa?
“Membunuh Cucuku” adalah kisah yang menegangkan, penuh misteri, dan dipenuhi ketegangan psikologis yang menggugah emosi. Dengan alur yang penuh kejutan dan rahasia gelap yang terungkap sedikit demi sedikit, kisah ini akan membuat pembaca bertanya-tanya: sejauh mana seseorang bisa pergi demi menebus kesalahan masa lalunya?